Sabtu, 07 Juni 2014

FITOKIMIA



A. Pengertian Fitokimia
       Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut.
       Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang  dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintetis,  perubahan dan metabolisme, serta penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari  senyawa organik. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas  adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan.
Fitokimia berasal dari kata phytochemical . Phyto berarti tumbuhan atau  tanaman dan chemical sama dengan zat kimia berarti zat kimia yang terdapat  pada tanaman. Senyawa fitokimia tidak termasuk kedalam zat gizi karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral maupun air. Jadi apakah fitokimia itu? Setiap tumbuhan atau tanaman mengandung sejenis zat yang  disebut fito kimia, merupakan zat kimia alami yang terdapat di dalam tumbuhan  dan dapat memberikan rasa, aroma atau warna pada tumbuhan itu. Sampai saat  ini sudah sekitar 30.000 jenis fitokimia yang ditemukan dan sekitar 10.000 terkandung dalam makanan.


Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan  pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki  efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi  pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang  diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka  bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini  tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka  waktu yang normal untuk defisiensi tersebut.
Pada tahun – tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah  berkembang menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri, berada di antara kimia  organik bahan alam dan biokimia tumbuhan, serta berkaitan erat dengan  keduanya. Bidang perhatiaanya ialah aneka ragam senyawa organik yang dibentuk  dan ditimbun oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya.

B. Klasifikasi Fitokimia
Secara garis besar fitokimia diklasifikasikan menurut struktur kimianya  sebagai berikut :
1. Fitokimia karotenoid
          Fitokimia karotenoid banyak terdapat pada sayur-sayuran berwarna  kuning-jingga seperti wortel, labu kuning, sayuran berwarna hijau seperti brokoli  dan buah-buahan berwarna merah dan kuning jingga seperti pepaya, mangga,  tomat, nenas semangka arbei dll. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa zat  karotenoid dapat mencegah kanker, sebagai anti oksidan dan dapat meningkatkan system imun tubuh.
2. Fitokimia fitosterol
          Fitokimia fitosterol banyak ditemukan pada biji-bijian dan hanya sekitar  5% dari fitosterol yang dapat diserap oleh usus dari makanan kiat. Penelitian  mengungkapkan fitosterol dapat menurunkan kolesterol dan anti kanker.
3. Fitokimia saponin
          Fitokimia saponin banyak terdapat pada kacang-kacangan dan daun-daunan.  Penelitian mengungkapkan bahwa saponin dapat sebagai anti kanker, anti mikroba, meningkatkan system imunitas, dan dapat menurunkan kolesterol.
4. Fitokimia glukosinolat
          Fitokimia glukosinolat banyak terdapat pada sayur-sayuran seperti kol dan  brokoli. Jika sayuran dimasak dapat menurunkan kadar glukosinolat sebesar 30-60%. Termasuk dalam glukosinolat ini meliputi fitokimia lain seperti isothiosianat,thiosianat dan indol. Peneliti- an menunjukkan bahwa glukosinolat dapat bersifat anti mikroba, anti kanker dan menurunkan kolesterol.
5. Fitokimia polifenol
          Fitokimia polifenol banyak terdapat pada buah-buahan sayur-sayuran hijau  seperti salada dan pada gandum dll. Penelitian pada hewan dan manusia  menunjukkan polifenol dapat mengatur kadar gula darah, sebagai anti kanker, antioksidan, anti mikroba, anti inflamasi. Termasuk polifenol adalah asam fenol dan flavonoid
6. Fitokimia inhibitor protease
          Fitokimia inhibitor protease merupakan fitokimia yang banyak terdapat pada biji-bijian dan sereal seperti padi-padian, gandum dsb, yang dapat membantu kerja enzim dalam system pencernaan manusia. Dapat sebagai anti oksidan , mencegah kanker dan mengatur kadar gula darah.
7. Fitokimia monoterpen
          Fitokimia monoterpen banyak terdapat pada pada tanaman beraroma seperti mentol (peppermint), biji jintan, seledri, peterseli, rempah-rempah dan sari jeruk. Berkhasiat mencegah kanker dan anti oksidan.
8. Fitokimia fitoestrogen
     Fitokimia fitoestrogen banyak terdapat pada kedelai dan produk kedelei seperti tempe, tahu dan susu kedelei. Memiliki aktifitas seperti hormon estrogen. Senyawa aktif fitoestrogen terdiri dari isoflavonoid dan lignan.
          Menurut para ahli isoflavonoid akan menempel pada sel tumor sehingga sel kanker tidak mendapatkan zat gizi yang diperlukan. Bersifat sebagai anti kanker, dan menurut penelitian, orang yang banyak mengkonsumsi tempe/kedelei lebih rendah menderita kanker payudara dari pada orang yang mengkonsumsi daging. Tempe banyak mengandung isoflavonoid,, genestein, fitosterol, isoflvonoid, saponin, asam fitat dan inhibitotr protease. Khasiat lain dari isoflavonoid yang menyerupai estrogen ini memperlambat berkurangnya massa tulang yang berakibat terjadinya keropos tulang (osteoporosis) sehingga makanan tempe sangat cocok untuk wanita menopause dan laki-laki berumur karena dapat menurunkan kadar kolesterol total, dan meningkatkan kadar HDL kolesterol (kolesterol baik).
9. Fitokimia sulfida
          Fitokimia sulfida banyak terdapat pada bawang putih, bawang bombai, bawang merah dan bawang daun. Senyawa fitokimia aktif pada bawang putih adalah dialil sulfida (allicin). Menurut peneliti sulfida bekerja sebagai anti kanker, anti oksidan, anti mikroba, meningkatkan daya tahan, anti radang,  mengatur tekanan darah dan menurunkan kolesterol.
10. Fitokimia asam fitat
          Fitokimia asam fitat terdapat pada kacang polong, gandum. Berfungsi sebagai anti oksidan yang dapat mengikat zat karsinogen dan mengatur kadar gula darah.
C. Penggunaan Fitokimia
1. Umum
          Sekarang prosedur fitokimia telah mempunyai peranan yang mapan dalam semua cabang ilmu tumbuhan, walaupun sebelumnya tidaklah selalu demikian . meskipun cara ini sudah jelas penting dalam semua telaah kimia dan biokimia, penggunaannya dalam lingkungan biologi yang lebih ketat baru dalam dua dasawarsa terakhir ini saja. Dalam disiplin ilmu yang tampaknya jauh dari laboratorium kimiapun, seperti sistematika, fitogeografi, ekologi dan poleobotani, cara fitokimia telah menjadi penting untuk memecahkan jenis masalah tertentu. Tidak dapat diragukan lagi, cara fitokimia ini akan makin banyak digunakan dalam semua bidang tersebut di masa mendatang.
2. Fisiologi tumbuhan
          Sumbangan utama telaah fitokimia kepada fisiologi tumbuhan yang tak dapat diragukan lagi ialah pada penentuan struktur, asal-usul biosintesis, dan ragam kerja hormon tumbuhan alam. Sebagai hasil kerjasama yang terus menerus antara fisiologiwan dan fitokimiawan selama tahun-tahun belakangan ini sekarang telah dikenal lima golongan pengatur tumbuh: auksin, sitokinin, absisin, giberclin, dan etilena. Salah satu segi istimewa pada hormon golongan giberelin ialah besarnya jumlah struktur yang di ketahui (lebih dari 60), dan rupanya semuanya mempunyai jangka sifat pengatur tumbuh yang serupa.
3. Patologi tumbuhan
          Cara fitokimia penting bagi patologiwan, terutama untuk menentukan cirri atau sifat kimia dari fitotoksin (hasil sintesis mikroba yang terbentuk dalam tumbuhan tingkat tinggi bila tumbuhan tersebut diserang bacteria atau fungi) dan fitoeleksin (hasil metabolisme tumbuhan tingkat tinggi yang dibentuk sebagai jawaban terhadap serangan mikroba). Berbagai jenis struktur kimia yang berlainan terlibat dalam kedua hal tersebut. Fitotoksin yang paling dikenal ialah likomarasmin dan asam fusarat, yaitu turunan asam amino yang merupakan senyawa pelayu pada tomat. Toksin lain yang telah diisolasi ialah glikopep-tida, naftokuinon, atau seskuiterpenoid. Secara kimia beberapa fitotoksin labil sehingga diperlukan tindakan pencegahan khusus selama isolasi dan identifikasinya. Demikian pula fitoaleksin mempunyai struktur yang berbeda-beda, bergantung pada sumber tumbuhan.
          Fitoaleksin dapat berupa seskuiterpenoid (risitin dari Solanum tu-berosum), isoflavonoid (pisatin dari Pisum sativum), asetilena (asam wieron dari Vicia faba), atau senyawa fenol (orkinol dari Orchis militaris). Senyawa ‘pra-infeksi’ (kandungan sekunder alam), oleh beberapa patologiwan tumbuhan, dianggap penting sebagai penyebab ketahan-an tumbuhan terhadap penyakit. Senyawa yang diduga terlibat.di dalamnya ialah senyawa fenol, seperti floridzin dalam apel dan tanin dalam frambus.
4. Ekologi tumbuhan
          Dua bidang penelitian ekologi yang mementingkan kandungan tum-buhan sekunder ialah antaraksi tumbuhan-hewan dan antaraksi tum-buhan-tumbuhan. Masalah analitik pada kedua bidang tersebut sulit karena jumlah bahan biologi yang tersedia bagi fitokimiawan sangat terbatas. Misalnya, dalam mengikuti nasib senyawa sekunder pada peristiwa pemakanan daun oleh serangga diperlukan telaah berbagai organ serangga untuk memeriksa tempat penyimpanan senyawa tersebut; telaah demikian itu sering kali rumit dan makan banyak waktu.
          Senyawa yang sampai sekarang terutama diketahui terlibat dalam antaraksi tumbuhan-hewan ialah alkaloid dan glikosida jantung, glikosida minyak mostar, sianogen, steroid, atau terpena atsiri. Senyawa tumbuhan dapat berlaku sebagai penarik atau penolak makan, mempunyai pengaruh hormon pada serangga, atau memper-lengkapi serangga dengan mekanisme perluhanan yang berguna terhadap hewan pemakan serangga (Harborne, 1982).
          Antaraksi tumbuhan-tumbuhan melibatkan senyawa alelopati, yaitu senyawa yang dikeluarkan oleh suatu tumbuhan dari akar atuu daun-nya untuk mencegah tumbuhnya jenis tumbuhan lain di sekitarnya. senyawa tersebut berupa terpena atsiri (misalnya sineol) atau asam fenolat sederhana, bergantung pada tempat tumbuhnya, apakah di daerah beriklim semitropik atau sedang. Telaah fitokimia alelopati mungkin sulit karena memerlukan penentuan senyawa pada ekstrak daun utuh, pelepasan senyawa dari daun, dan juga cuplikan tanah. Kemungkinan perubahan senyawa aktif dengan cepat dalam tanah juga menyulitkan telaah dalam bidang ini. Segi terapan penelitian antaraksi tumbuhan-hewan antara lain pengendalian gangguan serangga terhadap tumbuhan pertanian dengan pestisida alam atau buatan. Telaah fitokimia mungkin diperlukan untuk melacak nasib pestisida tersebut di lingkungannya.
5. Paleobotani
          Fitokimia baru belakangan ini saja digunakan untuk menelaah tum-buhan fosil, namun tak dapat disangsikan lagi bahwa peranannya akan meningkat, misalnya dalam menguji berbagai hipotesis mengenai asal-usul awal tumbuhan darat. Beberapa hasil fitokimia yang telah dicapai sekarang antara lain identifikasi pigmen klorofil yang telah terurai sebagian dalam endapan lignit yang berumur 50 juta tahun, identifikasi karbohidral dalam tumbuhan zaman palcozoikum yang berumur 250—400 juta tahun, dan idendfikasi hidrokarbon dalam Equisetum yang hidup pada zaman triasikum, berumur 200 juta tahun. Pada penguraian menghasilkan asam lemak dan asam fenolat yang dapat dikenali.
6. Genetika tumbuhan
          Pada masa lampau sumbangan fitokimia kepada genetika tumbuhan tinggi ialah sebagai sarana untuk mengidentifikasi antosianin, flavon, dan pigmen karotenoid yang terdapat dalam genotipe warna yang berbeda pada tumbuhan kebun. Hasilnya telah menunjukkan bahwa pengaruh biokimia gen ini mempunyai dasar yang sederhana dan telah menunjukkan kemungkinan alur pembuatan pigmen dalam organisme tersebut. Senyawa keturunan lainnya dalam tumbuhan (alkaloid, terpena, dan sebagainya) telah berhasil di-petakan juga dengan telaah fitokimia.
          Sumbangan fitokimia yang lebih haru kepada genetika ialah identi-fikasi tumbuhan hibrida dan pencntuan asal-usul induknya dengan cara kimia. Fitokimia pun telah mendapat pengakuan yang meningkat sebagai sarana yang berguna, bersama-sama dengan sitologi, pada analisis variasi genetika dalam populasi tumbuhan.
 7. Sistematika tumbuhan
          Salah satu bidang yang paling cepat berkembang dalam fitokimia pada saat ini ialah disiplin hibrida antara kimia dan taksonomi, yang di-kenal sebagai sistematika biokimia atau kemotaksonomi. Pada dasar-nya, kemotaksonomi ialah telaah kimia dalam kelompok tumbuhan yang terbatas, tcrutama mengenai kandungan sekundemya, dan juga makromolekul serta penggunaan data yang diperoleh untuk menggolongkan tumbuhan.
          Boleh jadi golongan senyawa yang paling bermanfaat untuk telaah yang demikian itu ialah flavonoid. Telaah mengenai banyak senyawa lain (khususnya alkaloid, asam ammo nonprotein, terpena, dan senynwa belerang) telah menghasilkan juga inlormasi baru yang berguna untuk taksonomi. Cara yang teliti itu penting, baik pada penjaringan pendahuluan tumbuhan maupun pada analisis komponennya yang lebih terinci. Analisis kimia urutan asam amino protein tumbuhan juga telah dimanfaatkan sehubungan dengan masalah sis-Irmatika pada tingkat penggolongan tumbuhan yang lebih tinggi. Telah diperoleh hasil mengenai sitokrom C, plastosianin, dan fere-doksin; pengurutan asam nukleat tumbuhan telah menghasilkan juga data yang penting untuk taksonomi.
8. Bidang Kesehatan
          Prof. Bernhard Watzl dari Institute of Nutritional Physiology (FRCN) Karlshure, Jerman menyatakan bahwa fito-kimia terdiri dari karotenoid, fito- sterol, saponin, glucosinlates, polifenol, protease inhibitors, monoterpen, dan fito-estrogen sulfid. Fito-kimia memberikan aroma khas, rasa dan warna tertentu bagi tanaman dalam berintegrasi dengan lingkungan, dan salah satu yang menyebabkan manusia memilihnya. Sebagai komponen bioaktif, fito-kimia memberi dampak faali, metabolisme secara endogen dan eksogen melalui berbagai mekanisme reaksi tubuh.
          Fito-kimia mempunyai efek biologi yang efektif menghambat pertumbuhan kanker, sebagai antioksidan, mempunyai ifat menghambat pertumbuhan mikroba,menurunkan kolesterol darah, menurunkan kadar glukosa darah, bersifat antibiotik, dan menimbulkan efek peningkatan kekebalan. Dari sekitar 30.000 fito-kimia yang sudah diketahui sekarang, sebanyak 5.000- 10.000 terdapat dalam bahan pangan. Dan hampir 400.000 jenis tanaman mengandung fito-kimia. Bagi mereka yang senang atau doyan buah-buahan, sayur-sayuran serta biji-bijian, dalam seharinya sudah mengkonsumsi sekitar 1,5 gram fitokimia. Bagi vegetarian tentu lebih tinggi lagi. Warna yang menarik dari buah-buahan dan sayuran berasal dari senyawa fito-kimia, juga aroma khas dari teh dan kopi berasal dari senyawa fito-kimia.
 D.Uji fitokimia
     Uji fitokimia dilakukan untuk menentukan golongan senyawa aktif dari ekstrak tumbuhan. Uji fitokimia yang sering dilakukan yaitu uji polifenol, kuinon, alkaloid, triterpenoid, steroid, saponim dan flavonoid.
a. Uji polifenol
Ekstrak diteteskan di atas pelat tetes dan ditambah larutan FeCl3. Hasil positif   ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi biru-hitam.
b. Uji kuinon
Ekstrak diteteskan di atas pelat tetes dan ditambah larutan NaOH 2N. Hasil positif ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi merah.
c. Uji alkaloid
Ekstrak ditambah kloroform dan asam sulfat secara berurutan kemudian dikocok. Larutan didiamkan hingga kloroform dan asam sulfat memisah. Lapisan asam (bagian atas) diteteskan pada pelat tetes dan diuji dengan reagenWagner (kalium tetraidomerkurat) dan reagen Dragendorff (kalium tetraidobismutat). Hasil positif ditandai dengan terbentuknya endapan coklat kemerahan pada reagen Dragendorff dan warna coklat pada reagen Wagner.
d. Uji triterpenoid, steroid dan saponim
Ekstrak diuapkan, ditambah kloroform dan dikocok kuat-kuat. Terbentuknya busa yang stabil selama 30 menit menandakan adanya saponim dalam Ekstrak. Ekstrak yang sudah ditambah dengan kloroform, ditambah dengan asam klrida 2N kemudian disaring. Lapisan atas diuji dengan reagen Liebemann Bucchard. Hasil positif triterpenoid ditandai dengan terbentuknya warna merah. Sedangkan hasil positif steroid ditandai dengan terbentuknya warna hijau-biru.
e. Uji flavonoid
Ekstrak diuji dengan tiga jenis ereaksi yang berbeda yaitu NaOH, asam sulfat pekat dan Mg-HCL. Perubahan warna yang terjadi pada masing-masing pereaksi disesuaikan dengan tabel reaksi warna flavonoid
 E. Manfaat dan Sumber Pangan Fitokimia
          Secara garis besar, peranan dan manfaat fitokimia dapat disederhanakan menjadi beberapa manfaat penting, diantaranya :
1. Bersifat Antikanker
          Para ahli percaya bahwa sayur, buah dan biji-bijian dapat mencegah timbulnya kanker dan menurunkan risiko terjadinya tumor. Setelah diteliti lebih jauh ternyata komponen yang ada dalam bahan pangan nabati itu adalah vitamin, mineral, serat dan fito-kimia. Untuk itu salah satu pusat penelitian kanker di Amerika yaitu National Cancer Institute dan European School of Oncology Task Force on Diet, Nutrition and Cancer merekomendasikan untuk mengkonsumsi buah dan sayuran yang cukup untuk mencegah terjadinya penyakit kanker. Fito-kimia sudah terbukti dapat mencegah timbulnya kanker kolon, payudara dan usus dan lambung. Isoflavon yang banyak terdapat pada kedelai, ginseng, buah dan sayur dapat menurunkan risiko mendapatkan kanker payudara. Senyawa fenolik kurkumin dari kunyit dan polifenol katekhin dari teh bersifat protektif terhadap kanker lambung dan usus. Fito-estrogen selain diduga dapat menunda menopause pada wanita, juga sangat ampuh dalam mencegah kanker.
          Tripsin inhibitor yang selama ini diduga dapat menurunkan penyerapan protein, ternyata dapat mencegah timbulnya kanker. Bowman-Birk Inhibitor (BBI) merupakan salah satu tripsin inhibitor yang terdapat dalam kedelai, dapat mencegah terjadinya kanker kolon dan hati. Dilaporkan bahwa hanya BBI yang dapat mencegah terjadinya kanker dan tidak untuk jenis inhibitor lainnya.
2. Sebagai Antioksidan
          Stres oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan antioksidan. Keadaan stress oksidatif sebetulnya dapat diinduksi oleh berbagai faktor, antara lain adalah kurangnya antioksidan atau kelebihan produksi radikal bebas. Radikal bebas sebetulnya diproduksi secara fisiologis oleh sel sebagai konsekuensi logis pada reaksi biokimia dalam kehidupan aerobik . Namun, jika radikal bebas berlebihan dan antioksidan seluler tetap jumlahnya atau lebih sedikit, maka kelebihan radikal bebas ini tidak bisa dinetralkan dan akan berakibat pada kerusakan sel itu sendiri. Kondisi stres oksidatif yang berakibat pada kerusakan sel, dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan, dan bisa menimbulkan penyakit jantung, kanker dan diabetes mellitus.
          Fito-kimia yang bersifat antioksidan aktif adalah karotenoid, polifenol, fito-estrogen, inhibitor-protease dan sulfida. Karotenoid seperti lycopene dan canthaxanthin, adalah jenis antioksidan yang punya kemampuan tinggi dalam memproteksi oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas. Sedangkan polifenol dikenal sebagai antioksidan tanaman yang sangat superior. Polifenol dari anggur merah dan flavanol quercentin adalah fito-kimia yang sukses mencegah oksidasi LDL (low density lipoprotein) dan kolesterol, sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit kronis.
3. Menurunkan Kolesterol
          Kolesterol rendah merupakan idaman setiap orang, karena kadar kolesterol darah yang tinggi merupakan salah satu pencetus penyakit jantung. Beberapa fitokimia yang tercatat dapat menurunkan kadar kolesterol secara nyata adalah saponin, fito-sterol, sulfida dan tokotrienol. Bahkan bukan hanya kolesterol total yang dapat diturunkan, kadar lemak darah juga dapat diturunkan.
          Fito-kimia menggunakan dua kunci dalam menurunkan kolesterol darah. Pertama, senyawa fitokimia saponin dan fito-sterol bisa menurunkan tingkat absorpsi kolesterol dan meningkatkan ekskresi, sehingga secara langsung dapat mengurangi kolesterol yang masuk ke dalam tubuh. Fito-kimia tokotrienol dapat menghambat kerja enzim pada metabolisme kolesterol hati. Sangat banyak literatur yang membuktikan fitokimia bisa menurunkan kolesterol secara efektif. Informasi terakhir melaporkan, fitokimia bisa menurunkan tekanan darah, kadar glukosa, dan menghambat proses peradangan..
     Fitokimia, senyawa yang begitu bermanfaat sebagai antioksidan dan mencegah kanker juga penyakit jantung. Zat alamiah ini hanya bisa didapatkan dari sayur-sayuran dan buah-buahan. Buah-buahan, selain enak dan menyehatkan, juga melimpahkan sepanjang tahun.
Pisang, pepaya, apel, jeruk, alpukat, mangga, semangka, salak, sawo, anggur dan beberapa buah lainnya dapat dijumpai dengan mudah di pasar maupun supermarket. Buah-buahan dan sayuran ini selain terjangkau harganya, juga sangat kaya akan nutrisi.
Sayuran, padi-padian dan buah-buahan merupakan sumber utama zat fitokimia. Sebabnya, dalam satu jenis tumbuhan, bisa terdapat puluhan bahkan ratusan zat fitokimia yang berguna bagi kesehatan tubuh ini. Ada beberapa fitokimia yang sudah diketahui terdapat di dalam sayuran dan buah-buahan, antara lain sebagai berikut.
Karotenoid
Karotenoid adalah pigmen pemberi warna pada buah dan sayuran. Karotenoid ini bermanfaat mencegah serangan jantung, stroke, kebutaan, beberapa jenis kanker dan memperlambat penuaan.
Beta Karoten
Fungsi dari beta karoten ini hampir sama dengan karotenoid. Beta karoten terdapat pada buah dan sayur berwarna kuning seperti mangga, pepaya, wortel, labu dan juga pada sayuran hijau.
Lutein
Lutein ini sangat berguna untuk kesehatan mata. Bayam adalah jenis sayuran yang paling banyak mengandung lutein. Sumber lutein lainnya adalah selada, kiwi dan brokoli.
Likopen
Likopen berfungsi mencegah serangan jantung dan kanker prostat. Likopen terdapat pada buah dan sayuran berwarna merah seperti tomat, paprika merah, semangka dan wortel.
Zeaxanthin
Zeaxanthin ini mencegah degenerasi molecular dan kanker. Zeaxanthin terdapat pada jagung dan bayam.
Flavonoid
Flavonoid merupakan anti oksidan yang menetralisir radikal bebas yang menyerang sel-sel tubuh kita. Radikal bebas dapat menyebabkan kanker, penyakit jantung dan penuaan dini. Flavonoid dapat ditemukan pada jeruk, kiwi, apel, anggur merah, brokoli dan the hijau.
Resveratrol
Resveratrol mencegah penyakit jantung, kanker, penyumbatan darah dan stroke. Resveratrol terdapat pada anggur merah dan jus anggur merah.
Quersetin
Quersetin mengurangi peradangan akibat alergi, menghambat pertumbuhan kanker di kepala, leher dan melindungi paru-paru dari efek polutan. Quersetin terdapat pada apel, pear, anggur, selada, brokoli, teh hijau dan anggur merah.
Hesperidin
Hesperidin dapat melindungi tubuh dari serangan jantung. Hesperidin bisa dijumpai pada kelompok buah jeruk.
Tangeritin
Tangeritin dapat mencegah kanker di kepala dan di leher. Tangeritin terdapat pada buah jeruk dan jusnya.
Antosianin
Antosianin mencegah penggumpalan darah, bahkan stroke. Antosianin terdapat pada buah strawberry, kiwi dan plum.
Sulforafen
Sulforafen berfungsi mencegah resiko kanker usus besar. Sulforafen terdapat pada sayuran crucifera seperti kembang kol, brokoli, kubis dan bokchoy.
Limonen
Limonen ada fitokimia yang ditemukan pada bagian kulit dan selaput putih buah dalam kelompok jeruk seperti jeruk orange, mandarin, limau, lemon, jeruk nipis. Limonen melindungi paru-paru dan menurunkan resiko beberapa jenis kanker.
Asam ellagat
Asam ellagat adalah senyawa fenolat yang bisa menurunkan resiko beberapa jenis kanker dan menurunkan kadar kolesterol. Asam ellagat dijumpai pada anggur merah, kiwi dan strawberry.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar